Biografi Tony Wen

Tony Wen (26 April 1911 – 30 Mei 1963) adalah pejuang Indonesia keturunan Tionghoa. Ia dikenal terutama saat membantu keuangan Indonesia pada era awal kemerdekaan dengan menyelundupkan candu ke Singapura. Tony Wen atau Boen Kin To, lahir di Sungailiat, Bangka, pada 1911 dari keluarga yang berada. Ayahnya adalah seorang kepala parit Bangka Biliton Tin Maatschappi

Tokoh Tionghoa bernama Tony Wen (Boen Kin To) ini sosoknya cukup menarik. Nama Tony Wen diabadikan sebagai nama jalan yang berlokasi tidak jauh dari Kampung Bintang alias Nai Si Phuk yang merupakan pusat pecinan di kota Pangkalpinang. Tony Wen merupakan sosok pejuang kemerdekaan yang kemudian juga dikenal tokoh dalam bidang pendidikan dan olahraga. Namanya harum dalam persepakbolaan nasional tahun 1950-an dan juga aktif dalam dunia basket Indonesia. Dalam bidang politik, ia pernah menjadi anggota DPR dan anggota Konstituante.

Tony Wen lahir pada tahun 1911 di Sungailiat, Bangka. Sekolah dasar dijalaninya di Sungailiat. Kemudian ia melanjutkan pendidikan jenjang SMP dan SMA di Singapura. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan studi ke Wu Jiang University, Shanghai, dan kemudian ke Liang Nan University, Guangzhou. Setelah kembali ke Indonesia, ia menjadi guru olahraga di sekolah Pa Hoa. Ia adalah olahragawan serba bisa. Ia pandai bermain basket, sepak bola, tenis, dan renang.

Tokoh Tionghoa bernama Tony Wen (Boen Kin To) ini sosoknya cukup menarik. Nama Tony Wen diabadikan sebagai nama jalan yang berlokasi tidak jauh dari Kampung Bintang alias Nai Si Phuk yang merupakan pusat pecinan di kota Pangkalpinang. Tony Wen merupakan sosok pejuang kemerdekaan yang kemudian juga dikenal tokoh dalam bidang pendidikan dan olahraga.

Namanya harum dalam persepakbolaan nasional tahun 1950-an dan juga aktif dalam dunia basket Indonesia. Dalam bidang politik, ia pernah menjadi anggota DPR dan anggota Konstituante.

Tony Wen lahir pada tahun 1911 di Sungailiat, Bangka. Sekolah dasar dijalaninya di Sungailiat. Kemudian ia melanjutkan pendidikan jenjang SMP dan SMA di Singapura. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan studi ke Wu Jiang University, Shanghai, dan kemudian ke Liang Nan University, Guangzhou. Setelah kembali ke Indonesia, ia menjadi guru olahraga di sekolah Pa Hoa. Ia adalah olahragawan serba bisa. Ia pandai bermain basket, sepak bola, tenis, dan renang.

Perdagangan candu gelap di Singapura. Kemudian Lie menyelusup masuk ke Singapura dan menghubungi pemilik kapal. Lalu mereka mengatur organisasi penyelundupan secara rapi dan sangat rahasia. Pada tanggal 7 Maret 1948 malam, Tony, Soebeno,Karkono, dan Lie Kwet Tjien berangkat dari pantai Popoh, di sebelah selatan Kediri, Jawa Timur dan melalui Selat Lombok menuju ke Singapura. Setelah enam hari enam malam, mereka tiba di pulau Sambu. Di situ mereka pindah kapal dan seluruh muatannya dipindahkan ke kapal lain yang akan menuju ke Singapura.

Pada tanggal 13 Maret 1948 mereka tiba di Pelabuhan Singapura. Setelah penyelundupan melalui laut berhasil, penyelundupan kedua dilakukan dengan pesawat terbang amphibi jenis Catalina yang menggunakan rawa campur darat di selatan Tulungagung sebagai tempat-tempat pendaratan. Penyelundupan melalui udara berhasil membawa dua ton candu ke Singapura. Penyelundupan dengan pesawat terbang amphibi dilakukan berkali kali dan selalu berhasil.
Sosok pejuang dan spion andal yang ada pada dirinya, membuat ia dipercaya oleh Bung Karno untuk memimpin operasi penyelundupan candu ke Singapura yang digunakan untuk membeli senjata bagi tentara Republik Indonesia dan membiayai misi diplomatik Indonesia. Perawakannya gagah ganteng penampilannya rapih, tata bahasanya ramah dan teratur mencerminkan latar orang terpelajar, ditambah dengan kumis ala Errol Flynn bintang film Hollywood tenar, dan senyum murah yang menggiurkan, Tony Wen berupa sosok nasional yang sangat digemari ramai. Ia banyak menyibukkan diri dalam menggalang masyarakat Tionghoa menunjang kegiatan revolusi dibawah bendera nasionalis bimbingan Bung Karno.

Tony Wen Dalam BIdang Politik

Pada 1952 ia masuk menjadi anggota PNI. Sejak Agustus 1954 sampai Maret 1956, ia diangkat menjadi anggota DPR mewakili PNI dan duduk di Kabinet Interim Demokrasi dan pada tahun 1955 pernah duduk di Kabinet Ali Sastroamidjojo. Tony Wen meninggal dunia karena sakit pada 30 Mei 1963 dan dimakamkan di Menteng Pulo, Jakarta.

Tony Wen Dalam Dunia Olahraga

Setelah penyerahan kedaulatan, pada tahun 1950, Tony Wen diangkat menjadi anggota Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Sebagai anggota KOI, lagi-lagi Tony melakukan terobosan untuk membela kepentingan kesebelasan nasional Indonesia di Asian Games I di New Delhi.

Pada waktu itu, kompetisi sepakbola di Jakarta masih pada zaman peralihan sehingga di Jakarta ada dua macam kompetisi sepak bola. Ada kompetensi bon Belanda, Voetbalbond Batavia en Omstreken (VBO) dan ada kompetisi bon nasional Indonesia, Voetbalbond Indonesia Jakarta (VIJ).

Pada Tahun 1952, kompetisi VBO dan kompetisi VIJ disatukan dan dikelola oleh Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta (Persija).
Pada tahun 1951, Asian Games 1 diadakan di New Delhi, India. Komite Asian Games 1 menetapkan peraturan bahwa kesebelasan nasional hanya boleh memakai pemainpemain yang turut berkompetisi pada kompetisi nasional. Kompetisi nasional Indonesia dikelola oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). VIJ mengikuti kompetisi yang dikelola oleh PSSI sedangkan VBO adalah kompetisi sepak bola yang diselenggarakan oleh pemerintah Hindia Belanda. VBO bukan anggota PSSI maka banyak pemain terbaik Indonesia di Jakarta yang masih bermain pada kompetisi VBO, seperti pemain-pemain UMS, Chunghua, Hercules, Maesa, Horas, Jong Ambon, dan Bangka Belitung Sporting Association (BBSA) tidak boleh membela kesebelasan nasional Indonesia di Asian Games. Akibatnya kekuatan kesebelasan nasional Indonesia menjadi banyak berkurang.

Saat itu, Tony adalah ketua umum BBSA. Ia bersama Kadir Jusuf (kemudian menjadi kolumnis sepakbola harian Kompas) yang menjabat sebagai Sekretaris Umum BBSA, memanggil rapat pengurus dan berhasil mendapat keputusan aklamasi bahwa BBSA keluar dari kompetisi VBO dan pindah ke kompetisi VIJ. Dengan demikian pemainpemain terbaik BBSA dapat membela kesebelasan nasional Indonesia di Asian Games 1. Ternyata ada enam pemain BBSA terpilih untuk membela negaranya di Asian Games 1 di New Delhi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *